Tuesday, February 13, 2018

Baby Blues, Penyebab dan Cara Mengatasinya







Baby Blues, penyebab dan cara mengatasinya merupakan tema yang dipilih untuk mengawali diskusi di grup WA Tunas Parenting 7-1.

Di grup ini, tema diskusi dipilih yang sesuai dengan tujuan dibentuknya grup, yaitu sharing tentang perawatan dan pendidikan anak usia 0 sampai 7 tahun dan hal-hal yang terkait dengannya.

Saya,sebagai moderator (selanjutnya disebut dengan inisial M/Mi) mengawali dengan sedikit pemaparan tentang baby blues. Kemudian ditanggapi oleh peserta, dalam tulisan ini tanpa disebutkan namanya satu persatu, hanya dengan inisial P.

***

M: Tema diskusi kita hari ini, Baby Blues, penyebab dan cara mengatasinya. Mengapa tema ini perlu diangkat? Karena kondisi emosi seorang ibu akan sangat berpengaruh pada bayi yang baru lahir.

Baby blues adalah kondisi gangguan mood yang dialami ibu setelah melahirkan bayi. Baby blues merupakan bentuk yang lebih ringan dari depresi setelah melahirkan. Kondisi ini dianggap normal dan cukup sering terjadi, yaitu 70 – 80% ibu setelah melahirkan.

Gejala
*umumnya timbul pada minggu pertama setelah melahirkan.
*kecemasan yang tidak beralasan,
*gangguan konsentrasi
*lelah, sedih, gelisah, sensitif, sulit tidur, kesepian, dan kurang sabar.
*perubahan mood yang cepat dari sedih menjadi senang.
Seiring waktu, gejala akan berkurang dan umumnya akan menghilang setelah 7-14 hari. Gejala baby blues ringan dan tidak mengganggu kehidupan sehari – hari.
Jika gejala sangat berat atau menetap setelah 1 bulan kelahiran bayi, perlu dipertimbangkan kemungkinan depresi post-natal.

Gejala denderita depresi post-natal:
*panic
*rasa lelah yang hebat
*tidak napsu makan
*gangguan ingatan dan konsentrasi
*tidak dapat menikmati kegiatan yang menyenangkan
*tidak tertarik pada bayi sendiri, kecemasan berlebihan
*tidak dapat berhenti menangis.

Penyebab : belum diketahui dengan pasti, diperkirakan berhubungan dengan perubahan hormon ibu dan perubahan lingkungan.
Sebagian kita mungkin pernah mengalaminya, diharapkan bersedia berbagi di sini, semoga bermanfaat untuk yang belum pernah melahirkan atau yang masih akan melahirkan.

Fokus kita pada gejala yang dialami dan bagaimana upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi serta sejauh mana hasilnya.


P1: Saya gak sadar pas mengalami babyblues...setelah berlalu dan pikiran tenang baru menyadari....oooh..kemaren itu saya sedih dan begini begitu..kena babyblues ya.

M: Apa yang P1, dan  apa yang dilakukan untuk mengatasinya?

P1: Lupa lupa inget, ... rasanya cemas, kesel dan marah sama suami,sensitif  suka sediiiiiih banget sampe nangis sendiri gak ada sebab.

M: Kadang kita lucu, ya? Nangis nggak ada sebab. Kasian suami...bingung mungkin, beliau.

P1: Naaah..suami jauh, Mi ...seminggu ngelahirin dah di tinggal. Alhamdulillahnya, nggak lama hilang sendiri saat merasa badan sudah fit dan bisa melakukan apa saja,  jadi hilang melow melow dramanya.


P2: Saya pribadi sudah berjumpa dengan beberapa wanita yg mengalami baby blues. Dari yang saya amati, baby blues dapat dihindari dengan cara:
-maksimalkan kesiapan calon orang tua untuk kelahiran bayi dan cara mengasuh bayi yang benar
-dukungan orang sekitar untuk ibu (suami, orang tua, mertua dll)
-support dari tenaga kesehatan untuk memberikan info seputar perawatan bayi baru lahir.

Dengan lingkungan yang nyaman dan orang-orang yang mengerti, menurut saya, psikologis ibu bisa lebih tenang.

M: Yang P2 alami sendiri, bagaimana?

P2: Walaupun profesi saya bidan, tapi setelah melahirkan anak pertama, saya juga suka menangis dan panik tidak jelas. Takut bayi saya meninggal, lah (kalau saya tinggal mandi, nanti kalau dia dikerubungi semut bagaimana? Kalau saya nyusuin sambil tduran, kalau dia ketimpah badan saya trus nggak bisa nafas gmn?), takut suami tidak suka dengan perubahan tubuh saya lah, tapi dengan suami yang member perhatian (saya disuapin makan, ditanyain mau apa, dibantuin ngurusin bayi nya). Trus bidan yang menolong persalinan saya juga berkunjung kerumah beberapa kali, jadi bisa nanya2, ini normal nggak? Bayi begini normal nggak? Jadi biar lebih tenang. Juga ngobrol-ngobrol tukar pikiran dengan kakak, saudara atau tetangga yang punya bayi/anak juga membantu. Intinya tetap bersosialisasi, jangan biarkan ibu yang baru melahirkan merasa sendirian. Supaya suami nggak bingung, dari saat hamil, suami kita cekokin tentang info seputar kehamilan, persalinan, dan babyblues, kan sekarang bisa kirim link web lewat wa, dsb. Jadi suami juga tau apa yang harus dilakukan kalau istri menunjukkan gejala-gejala babyblues.

M: Memiliki banyak pengetahuannya saja masih terkena juga, ya P2, eh...ada hubungannya nggak, ya, dengan tingkat pemahaman?

P2: Mungkin bedanya begini, Mi, kalau yang tau apa itu babyblues tapi tetap mengalami (karena perubahan sistem hormon dsb) mungkin akan menyadari dan bisa mengontrol atau mengalihkan, tapi yang nggak tau apa itu babyblues, ya akan merasa bingung dengan perasaan-perasaan itu ,ya Mi, jadinya dia kesel sendiri. 

 P3: Umi kalau setelah melahirkan merasa gak PD , merasa suami tidak tertarik lagi , merasa cemas suami akan berpaling karna setelah melahirkan dasteran terus, mau sisiran ngurus badan aja nggak sempat apa itu di sebut baby blues juga mi 😁?

M: P3, cocokkan dengan gejala di atas, masih baby blues atau depresi pasca melahirkan, atau...cinta mati sama suami? #bercanda 

P3: Kayaknya cinta mati, Mi, he he he.

P4:  Saya juga mengalami baby blues, saya kadang merasa sedih, kecewa tapi tiba-tiba merasa bahagia melihat tingkah anak, ini disebabkan karena perubahan situasi, ditambah suami bekerja seharian dan saya juga baru pindah ke Bandarlampung, jadi bisa ditebak kalau saya kurang komunikasi karena nggak punya teman 😁 untuk diajak diskusi atau sekadar ngobrol-ngobrol.

M: Berapa lama dan bagaimana solusinya?

P4: Kira-kira sebulan. Cara saya mengatasinya, dengan selalu istighfar, perbanyak dzikir dan membaca buku-buku, artikel  mengenai anak, untuk memperluas wawasan.

M: Wew! lumayan lama, ya? Gimana pengaruhnya ke bayi? Keliatan nggak bedanya saat ibu baby blues dengan saat ibu bahagia?

P4: Iya mi, kayaknya nggak ngaruh ke anak, karena dia nggak rewel, perkembangannya baik, bisa dibilang lebih dari anak seusianya, waktu itu umur seminggu aja udah bisa berdiri tegak kepalanya, saya yakin ini karena pertolongn Allah karena saya usahakan selalu berfikir positif meskipun sedang nangis.

M:  sangat mungkin, karena melihat cara mengatasinya, berarti tidak terlalu berpengaruh pada kondisi emosi ibu, yang sebenarnya perlu diperhatikan pengaruhnya pada bayi, kalau sudah pada tahap depresi pasca melahirkan.

P4: Iya, Mi,  kalau menurut saya, memang cara kita menyikapi itu yang sangat menentukan.

P5: Tingkatan depresi yang paling tinggi yang pernah terjadi pasca melahirkan itu seperti apa ya, Mi?

M: Pernah dengar seorang ibu membunuh anaknya?

P5: Ya mi, pernah. Sampai separah itu, kah?

M:  Kalau sudah berkaitan dengan tekanan emosi, apapun bisa dilakukan manusia. Itu sebabnya, kecerdasan emosi lebih menentukan kesuksesan hidup dibandingkan kecerdasan intelektual, pendidikan modern telah mengakui hal itu, dan salah satu penyebab kehancuran akhlak adalah kecerdasan emosi yang rendah

P6: Alhamdulillah, kalau pengalaman pribadi seingat saya, setelah melahirkan, tidak mengalami babyblues. Padahal saat melahirkan anak pertama usia saya masih sangat muda, 18 tahun.  Tapi, ipar dan kakak saya pernah mengalami baby blues. Kalau saya perhatikan, penyebabnya mungkin 'kurang berdamai' dengan hati dan kenyataan.

M: Masyaallah, sangat jarang orang terhindar dari baby blues P6 , bisa jadi yang bersangkutan tidak menganggapnya sebagai baby blues, tapi kalau melihat gejalanya, rasanya sulit terhindar, karena kondisi hati manusia tidak ada yang konsisten selalu bahagia, bisa dipastikan ada saatnya menurun😊

P6: Mungkin benar Mi, tidak mungkin terhindar dari baby blues. Tapi mungkin, kembali lagi pada 'kesadaran' kalau saya dulu berfikirnya 'Ini kan anak saya yang memang sudah saya rencanakan kehadirannya, jadi apapun konsekwensi, resiko dan kesusahannya harus saya hadapi' saat emosi mulai bermain.

M: Ya, kedewsaan berfikir sangat membantu segera menetralisir kondisi emosi kita.

P7: Saya mengalaminya ketika lahir anak pertama. Sering tiba-tiba merasa sedih, lihat anak nangis juga ikut nangis. Apalagi orang tua pengen ngasih susu formula kalau bayi nangis, katanya masih lapar, ASI-nya kurang. Saya mencoba bertahan nggak ngasih susu formula, tapi meelihat anak nangis akhirnya saya menyerah. Bayi diberi sufor dansaya nangis. Alhamdulillah suami & oran tua perhatian banget. Ibu sering mengingatkan kalau saya sedih bayi jadi rewel & ASI sulit keluar. Saya baru tau kalau itu baby blues setelah anak mulai besar & sering baca tentang anak & ibu. Suami sering peluk saya ketika saya nangis & mau mendengar semua keluhan saya. Setelah saya tenang baru cari solusi. Kata suami yang penting tenang dulu.

M: terkadang pemahaman yg kita miliki sebelumnya menjadi beban saat menemui fakta yang tidak sesuai teori, padahal kalau melihat ibu-ibu lain yang sederhana, pemahaman tidak sebanyak kita, mereka enjoy2 aja, tapi ya itu...sering salah menyikapi bayinya. Alhamdulillah, P7 mendapatkan respon lingkungan yang mendukung, tapi tidak semua istri seberuntung P7, itu sebabnya, sebagai perempuan kita harus siap mandiri menghadapi kondisi apapun, emosi tetap terkendali.

P8: Pengalaman saya 15 bulan yang lalu, setelah hadir baby yang sudah lama saya minta pada Allah, selama 40hari pertama bayi saya tiap setelah magrib sampai jam 12 malam nggak mau tidur di kasur maunya dalam gendongan saya...ini yang baby blues anaknya atau umminya, ya? Efeknya, sejak umur 9 bulan babynya nggak mau jauh dari uminya, geser sedikit ada perlu pasti nangis, maunya ikut ke mana pergi bahkan sampai ikut ke kamar mandi. Normalkah perkembangan bayinya?

M: Umi pernah mengalami yang seperti itu, bungsu yang sekarang umur 8 tahun. Sepertinya itu bukan baby blues, tapi ada masalah pada bayi, walaupun sampai sekarang belum tau penyebabnya 😀, anggap saja itu ujian untuk Umi. tanpa tau penyebabnya, terlewati juga ya, he he. Insyaallah masih normal, tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri dengan situasi seperti itu dan mengupayakan kemandiriannya

P9: Sangat betul Umi, tapi tak kalah pentingnya peran dan kasih sayang suami dalam mengasuh dan mengawal anak mnjd generasi yang baik. Mohon maaf, saya mempunyai 4 orang anak, tapi Alhamdulillah anak saya tumbuh dengan kemandiriiannya, sekarang pintar-pintarnya kita dalam mendidik anak, dan perlu diingat jangan terlalu memanjakan anak, karena ke depannya kita yang repot.

M: Betul sekali, , anak adalah amanah untuk ayah dan ibunya, itu sebabnya, komujikasi sehat dan efektif harus terus diupayakan. Orang tua harus terus belajar dan melatih diri untuk bisa mendidik anak-anaknya menjadi manusia mandiri tanpa kekurangan kasih sayang.

P10: Saya 2 kali melahirkan selalu mengalami baby blues. Perasaannya seperti sedih dan pilu setiap kali menyusui anak. Baby blues saya disebabkan oleh :
1) kelelahan, pola istirahat yg berubah, karena begadang menyusui anak.
2) kurangnya dukungan dari suami n keluarga.
Cara mengatasinya :
1) Selalu istighfar setiap perasan saya naik turun
2) Menghadirkan orang2 terdekat
3) Menjelaskan keadaan sy bahwa sy mengalami baby blues
4) Tidak menyendiri dikamar
5) Selalu berfikir positif

Dalam hal ini saya setuju dengan Umi,  kesiapan mental & kecerdasan emosi,  kuncinya😊

P11: Saya memiliki 3 anak. Waktu anak pertama, saya mngalami baby blues sampai ketingkat stress. Waktu itu saya belum memahami apa itu baby blues,rasa sedih,kesal,marah, tampa ada sebab ditambah satu kondisi yang tidak menyenangkan. Waktu itu ada mertua yang banyak mengatur dengan sugesti pemahamn orang-orang zaman dulu,suami kurang mendukung saat itu karena belum paham juga apa itu baby blues, sampai saya memukul bayi saya karna stress & marah.  ASI  tidak keluar, saya menanggis terus-terusan. Ada rasa penyesalan  seperti ibu yang tidak berguna saat itu, si bayi selalu menggis bahkan sampai 1 bulan kemudian bayi saya tidak naik berat badany, itu hal yang sangat menyakitkan &menyedihkan hati. Solusinya saat itu mendekatkan diri dengan banyak berdzikir dan berucap doa, agar menstabilkan emosi. Setelah saya pahami, ternyta kurangnya ilmu pengetahuan, dan sebaiknya ruhiyah kita pada saat hamil harus benar-benar ditingkat terbaik karena ruhiyah yang baik sebelum melahirkan menstabilkan omosi ,mampu tenang dalam segala situasi & yang pasti sangat mensyukuri karunia Allah yang maha indah, penyejuk hati, si buah hati, karena Allah bersama selama kehamilan😍& allah bersama ketika melahirkan.

M: Belajar dari pengalaman, diri sendiri di masa lalu dan orang lain, ada satu kesimpulan yang bisa kita sepakati, bahwasanya, dengan pemahaman, kita akan lebih mudah menemukan solusi. Sebagai ibu, kita tidak boleh berhenti untuk terus belajar. Khawatir menyesal, saat anak-anak sudah besar, kita baru menyadari bahwa banyak kesempatan terlewatkan karena ketidak tahuan.  Ada kesempatan yang tidak akan datang dua kali, misalkan tahapan perkembangan tertentu. Seharusnya kita bisa melakukan atau menstimulasi tahap perkembangan tertentu, tapi karena tidak paham ilmunya, kesempatan itu lewat, anak tidak mendapatkan haknya.

P12: Kalau menurut saya, kematangan saat usia perkawinan akan mnentukan apakah babyblues akan terjadi atau tidak, sebab di saat mental kita siap, kita insaaallah akan siap segala sesuatunya.Memang tak mudah mngurus anak, tapi kita harus bersyukur atas segala rejeki dari Yang Maha Kuasa, sebab masih ada diantra kita yang belum diberi kepercayaan untuk dititipkan buah hati. Saat ini usia anak saya yang besar sudah mau 5 tahun, saya kasih dia perjanjian, kalau saya sedang marah ke dia, tolong diingatkan (sebab biasanya kalau ibu ibu sudah marah pasti jelek banget dah, pake mata mlotot trus mulut komat kamit heee) dan benar saja terjadi  saat harus mngurus adiknya yang msih kecil, belum lagi kerjaan yang lain, kadang suka kilaf marah dengan anak yang pertama, tapi karena sudah perjanjian, akhirnya anak saya mngingatkan "Tuh, Ibu kalau marah cantik, loh" kata dia, sebab kalau anak saya marah, saya juga bilng gitu heeee, pasti ngagk jadi marah deh! 

M: Maksud P12  dengan kematangan saat usia perkawinan, apa ya? Usia saat menikah atau berapa lama usia pernikahan?

P12:  Bisa jadi keduanya, saya menikah umur 29 tahun, kini sudah 6 tahun pernikahan.

M: Sepakat nggak dengan quote yang mengatakan, tua itu pasti, dewasa belum tentu? Ini jadi motivasi orang tua, mendidik anak mandiri sedini mungkin, karena kemandirian signifikan dengan kedewasaan berfikir.

P13: Jadi pengen ikutan curhat. Ketika melahirkan anak pertama, alhamdulillah nggak kena baby blues tapi saya kena infeksi saluran kemih. Sebelum diketahui sakit apa, saya sempat sedih karena bidan di rumah sakit dan bidan  yang masih saudara menganggap saya hanya manja, karena saya bersalin normal meski diinduksi, padahal waktu itu pasca melahirkan, saya merasakan sakit luar biasa. Saya waktu itu nggak langsung ke dokter spesialis, ke beberapa bidan saja. Yang semakin membuat sedih saya kesulitan memberikan ASI karena badan saya bengkak dan ASI sedikit keluar. Sampai setelah 10 hari kemudian saya di usg oleh dokter, baru ketahuan masalah saya.

M: Kalau kita mau urai satu-satu permasalahan yang sering ditemui oleh ibu pasca melahirkan, tentu sangat banyak dan bermanfaat bagi orang lain, tapi ada yang menganggapnya itu hal hiasa, wajar dan tidak perlu dibahas. Padahal, saat salah penanganan, bisa saja berakibat fatal. Trims curhatnya,  P13.

P14: Alhamdulillah, 10 tahun usia pernikahan, saya dikaruniai 3putri, tentu saya juga mengalami sindrom baby blues ini, apalagi dulu pas putri pertama. Trus kelahiran putri ke 2, tapi putri ke 3 alhamdulillah, tidak kena sindrom baby blues karena saya sudah belajar dari putri1&2, sudah cukup tau, lah bagamana caranya, ternyata memang peran suami/ayah dari anak-anak itu dapat mengurangi sindrom itu.

M: Pada umumnya baby blues menyerang pada kelahiran peetama, apalagi yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan pernikahan. Di satu sisi suami istri belum sempurna dalam adaptasi, ditambah dengan kehadiran  bayi yang tentu saja akan menyita waktu dan perhatian. Pengalaman pertama melahirkan saja sudah luar biasa bagi psikologis istri, ditambah dengan perubahan status sebagai seorang ibu dengan segala konskuensinya, jadi wajar jika terjadi perubahan emosi yang kadang sampai tidak terkendali, entah itu sedih berlebihan, merasa tak berguna atau marah tanpa jelas sebab atau sasarannya.

Untuk diskusi tema baby blues, boleh ditutup, ya?

Terima kasih atas partisipasinya, semoga sharing kita bermnfaat untuk diri dan yang lainnya, yang ikut aktif ataupun yang nyimak. Barokallah.

Tunggu tema berikutnya, besok, insyaallah.

1 comment: